welcome guys... :)

^..WELCOME GUYS..^

Senin, 29 Juli 2013

Intermission



*Intermission

sejak hampir setahun ini sesibuk2nya kuliah, masih sempat2nya aku nulis ini.. udah sampe part 4 sihh,, tapi belum sempat di posting.. kali ini mungkin hanya sekedar spasinya aja yahh.. tar tunggu selesai urus keperluan administrasi kampus yang udah nanjak ke semester atas,, baru aku bisa puas2in posting yang lainnya.. maaf yaa.. nikmati aja dulu yang ini.. hehe.. :D :D



Get Over It..

Hari ini, ingin kutuliskan kembali kisah yang lama ku tutup.. tidakk,, ku coba tutup lebih tepatnya. Lama sudah tak ku buka tentang cerita ini. banyak hal yang sengaja kulakukan agar kisah ini tertutupi,, bahkan hilang pun tak apa. Sebait demi bait kucoba selesaikan. Tapi sungguh, aku tak bisa. Aku tak mampu. Aku sendiri mungkin tak bisa meneruskan kisah ini. mari kita buka kembali dan lanjutkan bersama kisah ini hingga tuntas.. itupun jika Tuhan mengijinkannya tuntas,, atau malah menakdirkannya berakhir di tengah jalan..



Ketik,, hapus,, ketik,, hapus lagii.. hampir beberapa kali kulakukan. Mungkin aku sudah tak tahu lagi harus melanjutkannya bagaimana. Harus dari mana ku mulai.. entah dari Eza yang mulai menyambangiku lagi,, Aldi (tokoh baru dalam kisahku), atau k’Fay yang menghilang..

Hmm.. yahhh.. dia, yang kuanggap akan jadi donatur tetap dalam penyumbang kebahagiaan bagiku, telah hilang entah ditelan bumi atau ditelan waktu.. entahlahh,, yang pastinya dia tak ada kabar sejak 3 bulan yang lalu.



Mungkin dari sini aja yahh kumulai kisahnya. Bukan. Lebih tepatnya kulanjutkan kembali cerita yang pernah tertunda ini.



Pernah kuyakini bahwa k’fay lah yang bisa buat aku bahagia. Dan memang benar. Dia sempat mengukir kebahagiaan itu meskipun hanya sebatas teman. Mulanya, pintu hati ini tertutup rapat dalam-dalam untuk siapa saja yang datang.

Namun, dengan hadirnya k’fay, sejenak luka tentang Eza terlupakan. Bukan hanya sejenak dia denganku. Namun, terhitung selama 100 hari lebih aku mengenalnya, hampir tak pernah ada duka. Dia selalu membangkitkan semangatku. Dia selalu ada saat kumintai pertolongan. Dia selalu jadi penasehat paling ampuh untukku. Selalu bisa memberi jalan terbijak yang pernah kutemui. Namun,, kebanggaanku padanya tak bisa jadi dasar bahwa dia akan selalu denganku. Tidak, sejak dia menghilang.



Semenjak tak ada lagi kontak antara aku dan k’Fay. Semenjak itu pula aku tak lagi melihatnya. Biasanya aku melihat dia nongkrong di alfa 5, tapi sejak itu tak lagi. Entah memang aku yang sudah jarang ke kantin itu, atau memang dia yang tak lagi muncul disitu. Entahlahh..



Sejak itu juga, handphoneku yang biasanya dari pagi sampai pagi ada pesan singkat darinya, kini tak lagi. Aku pun mulai sibuk dengan kuliahku dan duniaku sendiri. Banyak kutemui perubahan-perubahan di semester 5 ini. Aku tak lagi sering memikirkan k’Fay atau bahkan Eza. Semua seakan mulai memudar oleh berlalunya waktu. Kalau datang saat sunyi, aku lebih memilih main game di laptop untuk sekedar membunuh waktu. Kuhabiskan waktuku untuk membaca komik ataupun menulis bait-bait puisi. Memuaskan diri dengan makan ayam goreng sering kali jadi tempat pelarianku saat semuanya penat tak berujung. Yahh.. ayam gorenglah yang mengisi tempat di hatiku saat itu. Hehehe.. sampai-sampai Aini dan Risy jadi teman setia yang menemaniku makan ayam goreng meskipun mereka sedang dalam keadaan dompet yang pas-pasan, mereka luluh juga dengan rengekanku yang seperti anak kecil yang harus dituruti maunya. Harussss.. dan akhirnya kami menyantap ayam goreng itu tanpa rasa kasihan pada ayam itu. Lahap..



Pernah suatu hari saat kami sedang asyik menunggu pesanan ayam goreng, duduk 4 orang pria dengan wajah yang gak banget di depan meja kami. Yang satunya berbadan besar, trus ada yang mirip Wendy Cagur pelawak, dua orangnya lagi aku lupa. Nahh,, yang gendut itu, tiba-tiba melemparkan senyum padaku karena tempat dudukku tepat berada di depannya dan saling berhadapan. Ihhkkk.. aku langsung mengeluh. Kapan sih ayam gorengnya datang. Dan sesaat kemudian pesanan kami pun sampai. Tanpa memperdulikan mereka, kami langsung memutilasi ayam goreng itu dengan penuh penghayatan yang ekstra lebay. Cowok-cowok itu masih terus memperhatikan kami, dan sering sesekali menggoda kami. Yee.. dia gak tahu kalau kami sudah berhadapan dengan ayam goreng, jangankan artis korea papan atas yang datang, maling saja kami tak pusing.



Setelah beberapa saat kemudian, orang-orang aneh itu pergi karena mereka telah selesai makan. Dan kami pun tertawa melihat tingkah satu persatu gaya kami memakan ayam.. sampai-sampai Aini pernah berkata “sumpahh.. aku tidak berani ajak pacarku makan ayam goreng. Pasti memalukan.” Katanya. Dan “hahahahahahaha.. langsung putus pasti.” tambah Risy. Yaa.. mereka bisa menyebut “pacarku” sedangkan aku “no”.



Hari-hari kulalui dengan kesibukan yang melimpah. Sudah seperti pejabat tinggi yang waktunya bisa sampai habis di pesawat karena tugas sana-sini. Hanya bedanya, kalau mereka naik pesawat, aku naik kendaraan umum.



Suatu hari, selepas kuliah sore hari aku tidak sengaja melihat k’Fay lewat di depan gedung kuliah. Namun, saat itu aku hanya sempat melihatnya sekilas dari jauh karena dia sedang mengendarai motornya melaju ke arah jalan keluar kampus. Seingatku, hanya sekali itu aku melihatnya dalam kurun waktu 3 bulan itu. Mungkin.



Entah ada apa, hari ini aku bangun pagi. Pagi sekali tak seperti biasanya. Sebelumnya aku paling susah bangun pagi. Paling sebentar bangun, lalu lanjut tidur lagi. Tapi tidak untuk hari ini. sangat-sangat berbeda kurasakan. Daripada tak ada hal yang lebih enak kukerjakan, aku lebih memilih untuk duduk di depan laptop sambil menikmati secangkir kopi hangat,, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi kemarin, menelusuri kembali sel-sel memori otakku untuk melanjutkan kembali tulisan ini.



Dengan ditemani iringan musik lagu-lagu favoritku, kenangan-kenangan itu mulai tergambar jelas. Terlebih saat kudengar lagu Get Over It milik Avril Lavigne, salah satu penyanyi favoritku. Hmm.. ada seberkas kenangan tentang lagu itu..







La, la, la, la, la .....

Dont turn around

I’m sick and I’m tired of your face...



Begitulah beberapa lirik refrainnya yang sering kunyanyikan. Bukan. Lebih tepatnya sering kuteriakan, karena memang nadanya lebih tinggi. Pernah suatu hari saat aku sedang lagi enak-enaknya kirim-kiriman sms dengan k’Fay dulu, terbahas tentang masalahku dengan Eza.



Semuanya kuceritakan pada k’Fay apa yang sebenarnya terjadi pada hubungan rumit itu. Dan dia menyarankanku untuk mendengarkan lagu Avril itu. Makna lagu itu memang pas sekali dengan keadaanku saat itu yang lagi down akibat putus dari Eza, meskipun efeknya tak separah awalnya. seperti kata Avril, get over it, akhiri semua itu.



Begitupun yang kulakukan. Mengakhiri segalanya dengan rela melepaskan segala bentuk rasaku pada Eza, namun tak jua terlepas begitu saja. Karena setelah k’Fay menghilang, aku kembali lagi terperangkap dalam bayang-bayang Eza. Setelah berbulan-bulan tenang tanpa racun-racun itu, aku kembali lagi terperosok masuk ke dalam lubang itu. Namun, kali ini tidak begitu dalamnya aku terjatuh.



Tidak seperti lirik sebuah lagu yang sering dinyanyikan orang. Kerispatih _ Tertatih. Tidak seperti itu. Kali ini jatuhnya hanya sebatas mengingat saja. Meskipun sering kali ku mau tidak mau meminta tolong padanya, tapi itu kulakukan karena kepepet dan hanya dia yang mampu menyanggupi itu.



Kala itu aku sedang ada di rumahnya Aini dan tak tahu pulangnya dengan siapa. Jadi, malam itu aku dijemput pulang olehnya. Kebetulan dia juga sedang mengerjakan tugas di rumah temannya. Hmm.. segera kubuang segenap perasaan lemah di depannya. Aku tak mau terlihat seperti seorang yang sedang memohon sesuatu. Tidak akan lagi.



Biarlah dulu aku jadi pemohon setia yang rela memohon, bahkan merengek untuk dapat bersamanya lagi. Takkan lagi ada. Sudah kubulatkan tekadku untuk tidak lagi kembali padanya. Kecuali, kalau saja dia sudah berani datang ke rumah membawa orang tuanya. Lebih nyaman sendiri, lebih tenang kurasa. Damai, tak ada yang mengusik. Tenteram.





***

Rabu, 21 November 2012

Renungan Untuk Wanita


..:: Sacrifice Of A Small Beauty ::..

The Flower of a Mercy Raised Up,
Destined to receive that golden cup,
A draught of bittersweet you did sup,
To rouse the heedless and lift them up.

Dead before death,
In your heart nothing left,
Just the presence of your breath
And to all men deaf.

Can’t they see, don’t they understand,
That this struggle is not for who rules the land,
What do you have to do with rocks, earth and sand,
When all of you is in His Hand.

They weep, they plead,
"You cannot win, you can’t succeed,"
To them all you pay no heed
They can’t follow where you lead

To the land, soil reddened now and then,
To remind the souls of boys and men,
Of the sacred month day ten,
Shadowed by this lowly pen.

You stood upon your simple mat and spoke softly with your Friend,
They claimed the same, but would not a drop of water lend,
What did they think that after this they could make amend?
And say “He knows what it is that we intend.”

They took their swords and to your body they did their worst,
In darkness they earned the whole worlds curse,
That same of which all their hopes had nursed,
But Your Soul was taken to be with the First.

The shore less sea, the sweet never-ending gardens, the palaces of the certain,
All thorns are gone, no more disaster, for you there is no curtain.





                                         [Written by: Ismaeel de Silva Hijazi]

Minggu, 05 Agustus 2012

Sekilas Cerpen

hy Guyss.. sekedar hanya ingin berbagi cerita dengan kalian,, aku hadirkan satu cerpen sebuah kisah nyata yang pernah terjadi dalm hidup seseorang. semuanya murni kenyataan,, hanya saja nama tokoh dan waktu beserta tempatnya disesuaikan saja dan ada juga yang diganti. sebenarnya ini kisah untuk sebuah novel,, hanya saja aku baru bisa menyelesaikan part awalnya. entar kalo udah punya imajinasi lagi,, kisah ini bakalan lanjut ampe berapa episode.. cieh,,cieh.. kayak sinetron aza.. maksudnya ampe brapa bagianya gituu.. :D. udah ahh,, gak perlu basa basi lagi kyaknya dehh..

selamat membaca yah Guyss..  :) :)


Sepenggal Kisah Yang Hilang...

Entah ada angin apa hati ini mulai terusik lagi ingin menorehkan bait-bait rasa yang sering menderu kesah dalam jiwa ini.. embun itu datang lagi,, menetes lembut dalam hati seorang gadis itu di kala dia terdampar di lautan kegelisahan dilema yang tak pernah dia jumpai titik penerang jalannya kembali. Yahh.. sosok itu adalah diriku,, diri yang selalu dalam penuh kebimbangan. Hingga detik ini, di kesekian detikku kini, masih saja aku termenung memikirkan dia yang telah jauh di pelupuk mataku.

Ku masih ingin tetap menjadi burung itu, yang terbang bebas melintasi angan-angan tanpa terbatas oleh dinding kehidupan. Masih terus ku berhayal tentang keindahan-keindahan yang dijumpai burung itu. Dan masih terus ku melewati jalan-jalan sunyiku mencari penerang kekosongan ini. Tidak,, hatiku tidak kosong,, hanya saja ku ingin mengisinya dengan yang baru. Sesuatu yang baru yang lebih bermakna dalam hidupku. Sesuatu yang baru yang lebih menghargai ada ku disini. Dan masih ku cari sesuatu itu. Hingga pagi ini,, meskipun burung-burung berkicau menyanyikan suara hatinya dengan merdu,, ku masih terpaku dengan hayalan-hayalan itu..
Sepii,, senyapp.. tak pernah lepas menemaniku. Khayalan itu masih ada. Masih saja terangkai jelas dalam setiap urat nadiku.. sampai kapan ??? entahlahh...

I have died everyday waiting for you, darling dont be afraid i have loved you for a thousand years,, i love you for a thousand more...
Handphoneku berdering. Sepotong lagu kesukaanku.. A thousand years, dari Christina Perri yang menjadi soundtrack film Twilight “Breaking Down”.. yahh.. lagu itu sangat bisa membawaku dalam lamunan tua di dalam benakku. Kusebut dia tua karena lamunan itu sudah sangat lama mengisi imajinasiku. Kuterima sebuah pesan singkat.

Jam berapa ke kampus ??

Ternyata satu sms kuterima dari Aini, sahabat baikku yang selama ini masih mampu menemani kesepianku. Lebih tepatnya sejenak memberiku istirahat untuk tidak memikirkan hal-hal yang selalu aku pikirkan.

Jam 9, why ???
ku kirim sms balasan padanya. Klik, terkirim.

Singgah yah... kan kutunggu depan jalan. Oke ??
dia membalasnya lagi..

Okehh.. pesanku singkat padanya.

Hari ini adalah hari pertama aku merasakan kesejukkan pagi tanpa adanya sms masuk untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. Atau untuk membangunkanku dari lelapnya tidur. Atau sejenak memberikanku semangat untuk melangkah bangun dari mimpiku. Dan hari ini, tak lagi kuterima pesan-pesan manis itu dari orang yang sangat aku harapkan dia untuk jadi yang terakhirku. Yang ternyata Tuhan berkehendak lain.
Kenang diriku selalu di hatimu selalu di jiwamu simpan di memorimu..
Kunanti dirimu bila malampun tiba,, cukup kita yang tahu mimpi jadi saksinya..
Dulu pernah bermimpi saling memiliki nyatanyapun tak kesampaian..
Rela,, relakanlah masa itu.. biarkanlah jadi masa lalu..

Lagu itu terus saja ku dengarkan dan kurasakan sedih dalam setiap kata demi katanya. Dada ini seperti mau meledak setiap kali lirik-liriknya memasuki pendengaranku. Hati ini terasa sesak layaknya ada sebuah batu besar yang tersumbat di setiap rongga paru-paruku. Pikiran pun melayang-layang mencari kedamaian. Dan tanpa terasa tetes-tetes bening itupun menghiasi pipi lembutku. Mengalir,, tidaakk.. merembes lebih tepatnya.

Huffttt..... semakin panjang kuhela nafas itu,, semakin sesak kurasakan denyut-denyut jantung itu. Melemah dan semakin melemah. Sakitt Tuhaann... belum pernah kurasakan sakit yang begitu dalam. Kuhanya bisa diam meresapi dalamnya sakit itu. Tanpa harus berkata bahwa aku kesakitan. Tanpa harus berteriak minta seseorang menolongku. Tanpa harus menampakkan wajah sakit itu di depan mereka. Hanya bisa diam dan selalu hanya bisa diam dan diam lagi. Yah.. sperti layaknya kayu kering yang tidak bisa menyelamatkan dirinya saat api melahapnya.

Semangaattt... selalu ku katakan pada diriku sendiri. Senyumpun melebar dan sejenak kutinggalkan mimpi-mimpi itu di bantal itu. Yahh.. masih akan tertinggal di bantal itu,, yang malamnya nanti pasti kurasakan lagi.

Cepat-cepat ku bangun dari tempat tidurku sambil berjalan menuju kamar mandi kulihat omaku sedang sibuk menjahit sesuatu. Pemandangan yang hampir setiap pagi kulihat. Sambil menunggu air di bak mandi penuh, aku menyiapkan segala sesuatu yang akan kupakai ke kampus. Rutinitas yang hampir setiap hari kujalani. Rumah – kampus – rumah. Monoton. Kalaupun berubah, paling sedikit jalan-jalan dengan Aini dan Risya sekedar merefresh penat yang tertumpuk di belahan otak ini. Hanya mereka yang mampu membuatku sejenak melupakan masalahku.

Cukup sejenak...
Setelah mereka pergi, sedih itu kembali meracuni pikiranku. Selalu saja terusik di setiap detik kesendirianku. Kesepianku yang hanya bertemankan angan-angan kelabu, tak pernah berhenti merusak sel-sel jaringan otakku. Kapankah datang secuil harapan baru menghiasi mimpiku ?? Tuhan,, aku hanyalah manusia biasa makhluk ciptaan-Mu. Ku hanya bisa mengikuti setiap skenario yang telah Kau guratkan untukku. Masih tetap ku yakini rencana-Mu akan menjadi jalan hidup yang terindah untuk kujalani. Bersama orang-orang tercintaku, ku hanya ingin menjalaninya dengan ridho-Mu. Yahh.. hanya dengan ridho-Mu di setiap nafasku.

Kulirik jam di handphoneku,, ternyata dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi dan aku masih saja belum bisa memejamkan mataku. rutinitas kampus menungguku besok dan harus stand by pagi di kelas. Tapi mata ini belum juga menampakkan kantuknya. Aku hanya ingin tertidur lelap malam ini. Sudah berhari-hari aku masih bergelut dengan sedihku yang mengganggu tidurku. Aku hanya ingin sejenak lupakan bebanku,, segalanya yang selalu merenggut detik-detik indahku di dunia. Tak bisa lagi kurasakan hari-hari indahku selayaknya keceriaanku dulu yang selalu menghibur mereka dan menghibur diriku. Aku masih tetap dalam keterpurukan ini. Adakah lambaian tangan yang akan menolongku menemukan jalanku kembali ??
aku masih belum menemukannya...

Sebuah nama itu masih terpampang jelas di relung-relung hatiku. Nama yang dulu mampu menggetarkan hatiku. Getaran yang diberikan mampu menembus dinding pertahananku. Hingga menempati ruang di hatiku. Segala bentuk keindahannya kurasakan darinya.

Dulu....
Kini tak lagi. Tak ada lagi kunikmati desir-desir lirih merdu nyanyian hati itu. Cinta. Kata yang pernah buatku berada dalam lamunan keindahan hidup yang sejuk nan suci. Tersirat keindahan-keindahan yang mendalam tak berdasar. Yang semakin jauh kita melangkah ke dalamnya, semakin pula kita merasakan keindahan-keindahan yang merekah hingga tanpa sadar, kita sudah berada dalam lubang yang tak berporos. Semakin lemah, semakin jatuh. Itulah yang aku rasakan.

Malam ini begitu dingin, sepi senyap hingga membawaku kembali dalam lamunan kisah itu. Sebuah kisah yang kini tak bertuan. Masih teringat jelas pesan-pesan terakhirnya padaku.
( Jika ada yang kau sukai, jangan ragu untuk mendekatinya. Jaga diri baik-baik.... )

Malam itu, untuk kesekian kalinya hubunganku dan dia berakhir. Hampir setiap kali putus, sesaat kemudian masih bisa tersambung lagi. Tapi kali ini adalah keputusan terakhir darinya dan dariku pun begitu. Aku memang masih sangat-sangat menyayanginya. Bahkan disaat-saat terakhir pun aku masih bertahan untuknya. Untuk dia, seorang yang kuharapkan menjadi imamku kelak. Namun, masalah yang ada sudah tidak bisa lagi diabaikan.

Masalah prinsip yang memisahkan dua insan yang saling menyayangi. Aku hanya tidak bisa pikir, dia masih bisa kuterima apa adanya dirinya. Tapi, mengapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama untukku. Dia tak bisa berlama-lama lagi menjaga diri untuk tidak menuntut prinsipku. Sejak awal memang sudah kukatakan padanya bahwa aku tidak bisa memberikan segala sesuatu yang dia inginkan. Aku hanya bisa memberikannya hatiku seutuhnya. Aku hanya bisa mencintainya apa adanya dia. Hingga malam ini, aku hanya bisa mencintainya. Belum ada sosok lain yang menggantikannya di hatiku. Di setiap hayalan-hayalan imajinasiku aku masih menjadikannya tokoh utama. Hampir kurang lebih 5 tahun terakhir ini hatiku hanya padanya, tak ada yang lain selain wajahnya dalam benakku... dan masih tentangnya...
Kukuruyuuukkkk..... kukurruuyyyyuuuukkk....
Kukira itu dalam mimpiku, tapi ternyata hari memang sudah pagi. Tepat jam 6 pagi ku beranjak dari kamarku. Langsung ku bergegas mandi karena hari ini ada jadwal kuliah jam 8 pagi. Sebenarnya jam 7, tapi oleh karena dosennya seorang ibu, jadi dia meminta untuk diundurkan jam 8 pagi karena dia masih perlu mengurus keluarganya sebelum ke kampus. Yaa.. saat kulihat jam sudah menunjukan pukul 07.30, aku langsung berlari ke arah jalan untuk segera berangkat ke kampus. Sarapan pun terlewatkan. Padahal, malamnya aku tidak makan apapun. Hanya sisa energi yang kudapat dari jajan di kampus kemarin yang jadi penopangku kini. Tapi, seakan semua itu tidak terasa menyiksa. Yang paling menyiksa adalah tentang perasaanku saat ini. Kutinggalkan rumah dengan segala kesibukan mereka.

“woyyy !! masih pagi udah melamun aja.” Aini mengagetkanku. Mungkin karena dia melihatku menyendiri dan seperti lemas, dikiranya aku melamun. Padahal aku hanya memang sengaja ingin diam saja.

“tidak kok !! siapa yang melamun.” Aku hanya bisa membalasnya dengan sebentuk senyum mungil di wajahku.
“tidak biasanya kamu begini Lun, ada masalah lagi ya ??” Risya pun ikut memperhatikanku.

Aku memang belum menceritakan apa yang terjadi malam itu pada Aini dan Risya. Biasanya apapun yang terjadi antara aku dan Eza. Yaa,, namanya Eza. Dari awal aku memang tak ingin menuliskan namanya. Tapi, harus kutulis juga.
Aini dan Risya adalah penikmat kisahku. Seperti itulah aku menyebutnya. Mengapa tidak, karena hampir setiap detail yang terjadi pasti kuceritakan pada mereka. Sahabat-sahabat baikku yang selallu setia temani setiap detikku. Tapi kali ini, aku belum punya keberanian untuk menceritakan apa yang sebenarnya sudah terjadi. Aku hanya terlalu takut untuk jujur pada mereka. Dan aku hanya tak ingin mereka akan memikirkan kesedihanku. Aku hanya menunggu waktu yang tepat dan keberanian untuk menceritakannya pada mereka sahabat-sahabat tercintaku.

Jam pertama kuliah pun selesai. Seperti biasa tujuan utama selesai kuliah adalah kantin depan ruang kuliah Alfa 5. Sekedar untuk mengisi kekosongan perut sementara sebelum melanjutkan lagi aktivitas kuliah. Makan seadanya. Nafsu makanku sekarang belum stabil. Bahkan bisa dibilang tak ada nafsu makan. Makanpun hanya karena mencegah kerusakan lambung karena sejak tadi malam aku belum makan. Seperti biasanya, setiap makan pasti ada yang dibahas. Dan topik bahasan kali ini adalah tentang aku dan Eza. Tiba-tiba saja Risya menanyakan tentang hubungan kami. Aku hanya terdiam dan...

“woyy !” Risya mengagetkanku.
“kenapa diam Lunaaa..??? ada masalah yah ?? sepertinya hari ini kamu kurang bersemangat yah.. seperti ada yang mengganggu pikiranmu. Cerita donk !” Risya sepertinya sudah mulai curiga tentang keadaanku.
Dan kini aku ada dalam kebingungan yang besar. Aku hanya takut air mataku menetes di tengah keramaian itu. Akan sangat memalukan jika aku menangis menceritakannya. Bagaimana ini. Akupun tidak bisa hanya diam terus di depan mereka. Huffftttt... kuhela nafas panjang sejenak mengumpulkan tenaga untuk menceritakannya..

“maaf.. kalau aku hanya diam saat kalian bertanya ini itu. Tapi, aku tidak bisa selamanya menyembunyikan ini dari kalian. Sebenarnya hubunganku dengan Eza sudah tidak ada lagi. Kisah itu kini telah berakhir. Terhitung sejak 3 hari yang lalu statusku berubah. Aku sudah tidak dengannya lagi.” Kuutarakan apa yang selama ini membebaniku.

“WHAATTTTT ???” dengan ekspresi kaget yang tak terduga, Aini dan Risya secara bersamaan tercengang mendengar apa yang kukatan. Spontan mereka tidak percaya karena mereka tahu bahwa aku dan Eza sudah sangat saling menyayangi. Dan tak ada orang ketiga yang bisa mewarnai kisah kita. Tapi memang, Tuhan mungkin berkehendak lain.

“Tidak mungkin Lun. Kamu tidak sedang berbohong kan ?”
“Dia satu-satunya orang yang kau cintai sejak pertama kan ??”
“bagaimana bisa kalian berakhir hanya sampai di sini ??”
“Eza selingkuh ?? atau apa ?? tell me tell me tell me what...” 
Pertanyaan beruntun pun terlontar dari mulut Aini dan Risya. Secara bergantian mereka memberikan pertanyaan demi pertanyaan yang membuatku lebih kacau. Tugasku hanya menjawab pertanyaan itu, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi secara detail tanpa ada satupun yang terlewati. Karena memang itulah yang harus kulakukan. Detil demi detil pun ku kisahkan saat itu juga apa yang sebenarnya terjadi. Mereka hanya terpaku dan terdiam mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kecilku. Dan aku terus berusaha untuk tidak meneteskan tetes-tetes bening itu di depan mereka. Sakiitt... sangat sakit menahan air mata itu untuk keluar.

“wuiihh... ternyata Eza seperti itu yah Lun. Tapi kamu tidak usah lagi pusing memikirkannya karena diluar sana masih banyak kok yang bisa terima kamu apa adanya”
“untuk apa kita bersedih-sedih hanya untuk seseorang yang mungkin tidak menghargai ketulusan kita”
“helloww... mati satu tumbuh seribu Lun,, jadi gak usah merasa terbebani lagi yah”
Dannn.... mereka pun memberikan aku petuah-petuah yang menyemangatiku. Hufftt....

“coba saja kalian berada di posisiku sekarang,, pasti hal yang sama akan kalian rasakan. Bagaimana tidak,, Eza adalah orang yang aku cintai sejak aku duduk di bangku SMP dan hingga detik ini pun aku masih mencintainya. Namun, sekarang aku hanya bisa mencintainya tanpa harus memilikinya lagi.” Aku mencoba mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya..

“aku masih sangat-sangat mencintainya..” dengan mata mulai berkaca-kaca dan menunduk aku masih saja mengisahkan hatiku yang pedih.
“STOP !! sudahlah jangan sedih.. semua sudah diatur oleh Tuhan, Luna..” Risya mencoba menghiburku..
“mungkin saja kalian tidak direncanakan untuk bersama,, kalaupun memang kalian jodoh pasti Tuhan akan mempersatukan kalian kembali.. sekarang kamu harus tetap semangat. Ingat,, masih banyak orang yang sayang padamu,, jadi kau tak akan pernah sendiri.. iya kan Risy ?” dengan senyumnya yang khas,, Aini berusaha memberikan secercah semangat untukku.. dan mereka berdua pun memelukku..

Kulihat orang-orang di kantin itu mulai memandang kami dengan sorot mata yang penuh rasa ingin tahu. Terserahlah,, yang penting sekarang setidaknya aku sudah tidak punya hutang lagi pada teman-temanku. Aku puas menceritakan semua yang terjadi pada mereka.
“Thanks yah.. kalian memang tempat curhat yang paling ampuh,, hehe..” senyum kecil pun mulai menghiasi wajahku.

Meskipun beban itu belum semuanya hilang,, namun sedikit berkurang untuk saat ini dan kuharap bisa hilang saatnya nanti. Aku bangga memiliki sahabat-sahabat sejati yang sangat menyayangiku. Mereka seperti keluarga keduaku setelah orang tuaku. Mereka termasuk hal yang paling berharga di hidupku. Tanpa mereka, mungkin aku sekarang sedang terpuruk dalam kesendirian. Bahkan, tanpa mereka aku tidak bisa melakukan apa-apa di kampus. Mereka terlalu berarti untukku. Jadi,, apalagi yang kubutuhkan sekarang jika kasih sayang sudah berlimpah kudapatkan dari mereka, dan juga keluargaku. Masih tetap ku bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan yang membuat rencana hidupku. Aku kembali ceria meskipun belum seutuhnya. Namun tak apalah,, sekedar meringankan pundakku saja. Hari itupun kulalui dengan sedikit tidak memikirkan Eza.

3 bulan kemudian setelah malam terburuk itu...

Aku pasti bisa,, menikmati semua dan menghadapinya. Aku yakin, pasti bisaa...
Klik. Sms masuk. Memang setelah beban sedikit hilang, yang pertama kulakukan adalah mengganti nada smsku biar lebih penuh semangat lagi. Dan hari ini, untuk pertama kalinya setelah hampir 3 bulan, aku merasakan sejuk pagi yang beda. Tak lagi seperti waktu 3 bulan yang lalu. Sekarang aku bisa sedikit merasakan sejuknya hingga ke setiap guratan nadiku.

Tak bisa kuabaikan keindahan pagi itu. Dan seperti biasanya, rutinitas kampus dengan hiruk pikuknya masih setia menantiku. Segera aku bergegas mandi setelah membaca sms itu. Tidak salah lagi, sms itu dari Aini yang mungkin sudah kebiasaannya mengirimiku pesan setiap pagi bahkan hampir setiap malam. Kalau bukan bertanya jam berapa ke kampus, paling membangunkanku. Karena dia tahu, aku paling susah bangun pagi. Kalaupun bukan Aini,, pastinya Risya juga sama. Sekali lagi kukatakan, ku sangat bersyukur bisa berada di tengah kehangatan mereka.

Hiaaaaaaaaa..... krek,,krek...tut tut. Dan uhhh...
Sedikit gerakan-gerakan olahraga sederhana kulakukan untuk melancarkan peredaran darah dan menghilangkan malas yang masih menempel padaku. Woooaaahhh... masih terasa sisa ngantuk semalam. Melihat senyum manisku di depan cermin,, memberiku semangat ekstra untuk melakukan aktivitas hari itu. Aku memang paling benci hari selasa karena jadwal kuliahnya padat. Jadinya aku butuh semangat ekstra tuk hadapinya dan telah kudapatkan dari sebentuk senyum manis di pagi itu J.

Halooo... dimana posisi ??
Di depan fakultas ini,, kalian dimana ?? dimana dimana dimanaaa... ^0^ ?
Ouww,, ke alfa lima saja,, kami disini..
Oke,,oke..

Dan Klik,, terputus. Hmm,, ternyata mereka ada di alfa lima. Padahal aku sudah kesana kemari seperti ayu ting-ting mencari alamat palsu. Hihi.. sudah bisa tertawa sekarang,, tak seperti kemarin-kemarin yang hanya diam terpaku menunggu malaikat pencabut nyawa.

Dan cesss.... baru selangkah kakiku di alfa, kulihat ada seseorang yang seringnya aku memperhatikannya. Tapi, hari ini, dia yang sedang memperhatikan aku. Ehm,, siapa tuh.. bagaimana tidak,, dia adalah teman pesbukku yang ternyata dan ternyata adalah senior di fakultasku. Dengan langkah yang sedikit deg2an aku memasuki alfa lima.

“wuuuhh... ternyata disini yah saudara-saudara. Padahal saya sudah mencari kemana-mana. Ngapain ??”
“makan lahh... masa menghayal seperti kamu yang galau.. hihi..” Aini sambil tertawa, melontarkan candaannya.
“yeee.. galau ??? gak lagi layau.. haha..” ku balas pun dengan candaan yang spontan.
Hari itu, ternyata jadwal kuliah pagi batal, karena dosennya ada urusan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Yahh.. baguslah, jadinya kami bisa santai dulu. Dan tentunya di alfa lima.

Sehari berlalu tanpa terasa. Penat pun membuncah saat tiba di rumah. Dan pelarian utama adalah laptop miniku + modem,, tentunya untuk online. Pesbuk lagi, blogger lagi,, twitter aktif dan seakan ku gentayangan di dunia maya.
Baru saja membuka akun pesbuk-ku, kulihat ada 1 pesan masuk. Dari siapa ?? wowww... dari dia, seniorku yang tadi kuceritakan. Lebih tepatnya senior dari jurusan lain.

Boleh minta nomor handphonemu ???

Sontak aku kaget, gubraaakkkk...

Dia adalah salah satu yang kukagumi di kampus. Hmmm.. ada apa gerangan dia meminta nomor handphone ku ??? Memang berapa bulan terakhir ini aku sering chatting dengannya di FB. Dan malam itu,, rasanya seperti ada tetes sejuk yang menetes di hatiku.. ahahaha... apakah ini pertanda sesuatu ???

Setelah dia menjawab beberapa pertanyaanku, akhirnya ku pun memberikan nomor handphoneku padanya. Dan mungkin tak pernah terbersit dalam benakku untuk bisa dekat dengannya. Semua pasti kaget jika kuceritakan tentangnya.



Beberapa hari kemudian...

Assalam,, Lun.. Apa kbar ni ?? ini nomorku. Fay.

DOUBLE WOWWWW.... seperti ada batu besar jatuh di atas genteng rumahku. Kagettt.. bukan main. Segera ku balas smsnya.

Wa’alaikumsalam. Ouw,, alhamdulillah masih bisa bernafas gratis..
k’fay ??
Iyaahh.. btw, gy ngapain nih ??
...
Dan seterusnya sms itu berlanjut hingga malam-malam dan hari-hari berikutnya.
Berbagai topik kami bahas dalam setiap sms-an.
Tanpa ragu, aku pun  menceritakan semua pada mereka. Yah siapa lagi kalau bukan Aini dan Risya. Tak kusadari sudah hampir sebulan.

Dari hari ke hari, senyumku mulai bertambah lebar tanpa memikirkan Eza lagi dan Eza lagi. Sedikit-sedikit bayangan tentangnya mulai kabur,, dan kuharapkan hilang. Tapi itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin kita bisa melupakan cinta pertama kita. Bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku, tapi gagal untuk jadi yang terakhirku.

Malam itu kulalui tanpa kesepian lagi. Ada kawan-kawan sejatiku yang selalu menghibur. Dan ada donatur baru dalam daftar pemberi semangat untukku. Dialah k’Fay. Kami memang hanya teman biasa, tapi dia bisa jadi tempat curhatku nomor 3, setelah yang kedua teman-temanku dan pastinya yang pertama adalah Allah swt.

Semakin kusadari bahwa Eza bukanlah tempatku berhenti. Masih banyak peluang kebahagiaan yang menantiku. Masih banyak jalan indah yang bisa kulalui. Jika sebelumnya aku mencintainya dengan ikhlas, maka sekarang pun aku harus ikhlas kehilangannya.

Seperti akhir kisah cinta Inuyasha dan Kagome dalam anime favoritku,, mereka tak bersatu selamanya karena memang berada di dunia yang berbeda. Tapi cinta mereka tak hilang dan tak terlupakan. Akupun begitu,, tidak ada niat untuk melupakan kisahku dengannya. Semua kusimpan rapi dalam hati dan pikiranku. Hanya untuk dikenang, tidak untuk diabadikan dalam hidup. Kenangannyalah yang akan abadi. Tapi,, kutahu tak ada yang abadi,, bisa saja suatu hari nanti dia akan tergantikan dengan sosok yang diberikan Tuhan untukku.

Persis seperti jatuhnya batu ke dasar sungai sehingga tetap bertahan di dalam kegelapan padahal sungai tetap mengalirkan kehidupan. Seperti itulah sebagian orang jatuh cinta. Yang tetap bertahan meski dalam gelapnya pedih. Seorang pencinta menjadi budak oleh yang dicintainya. Aku tidak ingin termasuk pada sebagian orang itu. Bagiku, cinta itu tak berwarna. Dia bisa menjadi hitam,, saat keterpurukan yang kita rasakan. Seperti kurasakan saat kehilangan Eza. Aku tak lagi takut menyebut namanya. Dan bisa menjadi seindah birunya langit,, saat keindahan menyelimuti kita. Seperti itu pula yang aku rasakan waktu pertama merajut kisah kasih dengan Eza. Eza dan hanya Eza. Kini kubiarkan dia mejadi kenanganku saja. Yang suatu hari nanti selalu bisa ku kenang dalam diam. Layaknya cinta itu tidak mengubah hakikat, tapi menjadikan hakikat itu menjadi tinggi.

Untuk segala keindahan yang pernah kurasakan, aku tidak mau menyesalinya. Aku tidak menyesal menjadi diriku sendiri di depan Eza. Aku tidak menyesal mencintainya. Tidak ingin kulakukan semua itu. Hanya akan membuatku semakin terpuruk.

Kini rasa itu mulai padam. Rasa yang dulu menyemangatiku. Rasa yang dulu membuatku berlarut-larut dalam lamunan tua. Rasa itu pun yang membuatku jatuh terdampar di lorong-lorong kegelapan sunyi.

Sekarang aku tersadar cinta yang ku tunggu tak kunjung datang,,
Apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi..
Dahulu kaulah segalanya..
Dahulu hanya dirimu yang ada di hatiku,, namun sekarang aku mengertii.. tak perlu kumenunggu sebuah cinta yang semu...
Lagu Pendatang baru, Raisa – Apalah Arti Menunggu kini menjadi list favoritku setiap malam. Lirik-liriknya sedikit menyadarkanku dari mimpi-mimpi indah tentang Eza. Kini ku bisa dengan tegar menjalani hidupku. Ku biarkan sepenggal kisah yang hilang itu, pergi dengan ikhlas.


Semua berakhir di sini, tempatku mulai bermimpi..
Masih menari di sini,, ...   

Dirimu di hatiku,, sudah terlalu lama...
biarlah ku mencoba untuk tinggalkan semua..

Engkau bukanlah segalaku,, bukan tempat tuk hentikan langkahku..
Usai sudah semua berlalu,, biar hujan menghapus jejakmu..

“Lunaaaaa....... sudah waktunya tidur itu,, berhenti bernyanyi. Lihat sudah jam berapa itu.”
Oma berteriak dari kamar sebelah menegurku. Ternyata sudah jam 12 dan aku masih dalam nyanyianku. Hihi..

“oke,oke,, udah mau tidur nih Omaa..”

Segera ku tarik selimut,,
lagu Peterpan – Menghapus Jejakmu menjadi list terakhir malam ini...
Dan...
Allahu Akbar..
Time is dreamming..
Mimpi indah sudah menantiku... :))


to be continued....

***


gimana guys ceritanya ??? maaf yah.. baru sebatas itu yang bisa aku kisahkan.. semoga bisa mengisi waktunya yahh... :)) 
salam hangat untuk para pembaca.. :))