*Intermission
sejak hampir setahun ini sesibuk2nya kuliah, masih sempat2nya aku nulis ini.. udah sampe part 4 sihh,, tapi belum sempat di posting.. kali ini mungkin hanya sekedar spasinya aja yahh.. tar tunggu selesai urus keperluan administrasi kampus yang udah nanjak ke semester atas,, baru aku bisa puas2in posting yang lainnya.. maaf yaa.. nikmati aja dulu yang ini.. hehe.. :D :D
Get Over
It..
Hari ini, ingin kutuliskan kembali kisah yang lama ku
tutup.. tidakk,, ku coba tutup lebih tepatnya. Lama sudah tak ku buka tentang
cerita ini. banyak hal yang sengaja kulakukan agar kisah ini tertutupi,, bahkan
hilang pun tak apa. Sebait demi bait kucoba selesaikan. Tapi sungguh, aku tak
bisa. Aku tak mampu. Aku sendiri mungkin tak bisa meneruskan kisah ini. mari
kita buka kembali dan lanjutkan bersama kisah ini hingga tuntas.. itupun jika
Tuhan mengijinkannya tuntas,, atau malah menakdirkannya berakhir di tengah
jalan..
Ketik,, hapus,, ketik,, hapus lagii.. hampir beberapa
kali kulakukan. Mungkin aku sudah tak tahu lagi harus melanjutkannya bagaimana.
Harus dari mana ku mulai.. entah dari Eza yang mulai menyambangiku lagi,, Aldi
(tokoh baru dalam kisahku), atau k’Fay yang menghilang..
Hmm.. yahhh.. dia, yang kuanggap akan jadi donatur tetap
dalam penyumbang kebahagiaan bagiku, telah hilang entah ditelan bumi atau
ditelan waktu.. entahlahh,, yang pastinya dia tak ada kabar sejak 3 bulan yang
lalu.
Mungkin dari sini aja yahh kumulai kisahnya. Bukan.
Lebih tepatnya kulanjutkan kembali cerita yang pernah tertunda ini.
Pernah kuyakini bahwa k’fay lah yang bisa buat aku
bahagia. Dan memang benar. Dia sempat mengukir kebahagiaan itu meskipun hanya
sebatas teman. Mulanya, pintu hati ini tertutup rapat dalam-dalam untuk siapa
saja yang datang.
Namun, dengan hadirnya k’fay, sejenak luka tentang Eza
terlupakan. Bukan hanya sejenak dia denganku. Namun, terhitung selama 100 hari lebih aku mengenalnya, hampir tak pernah ada duka. Dia
selalu membangkitkan semangatku. Dia selalu ada saat kumintai pertolongan. Dia
selalu jadi penasehat paling ampuh untukku. Selalu bisa memberi jalan terbijak
yang pernah kutemui. Namun,, kebanggaanku padanya tak bisa jadi dasar bahwa dia
akan selalu denganku. Tidak, sejak dia
menghilang.
Semenjak tak ada lagi kontak antara aku dan k’Fay.
Semenjak itu pula aku tak lagi melihatnya. Biasanya aku melihat dia nongkrong
di alfa 5, tapi sejak itu tak lagi. Entah memang aku yang sudah jarang ke
kantin itu, atau memang dia yang tak lagi muncul disitu. Entahlahh..
Sejak itu juga, handphoneku yang biasanya dari pagi
sampai pagi ada pesan singkat darinya, kini tak lagi. Aku pun mulai sibuk
dengan kuliahku dan duniaku sendiri. Banyak kutemui perubahan-perubahan di
semester 5 ini. Aku tak lagi sering memikirkan k’Fay atau bahkan Eza. Semua
seakan mulai memudar oleh berlalunya waktu. Kalau datang saat sunyi, aku lebih
memilih main game di laptop untuk sekedar membunuh waktu. Kuhabiskan waktuku
untuk membaca komik ataupun menulis bait-bait puisi. Memuaskan diri dengan
makan ayam goreng sering kali jadi tempat pelarianku saat semuanya penat tak
berujung. Yahh.. ayam gorenglah yang mengisi tempat di hatiku saat itu.
Hehehe.. sampai-sampai Aini dan Risy jadi teman setia yang menemaniku makan
ayam goreng meskipun mereka sedang dalam keadaan dompet yang pas-pasan, mereka
luluh juga dengan rengekanku yang seperti anak kecil yang harus dituruti maunya.
Harussss.. dan akhirnya kami menyantap ayam goreng itu tanpa rasa kasihan pada
ayam itu. Lahap..
Pernah suatu hari saat kami sedang asyik menunggu
pesanan ayam goreng, duduk 4 orang pria dengan wajah yang gak banget di depan
meja kami. Yang satunya berbadan besar, trus ada yang mirip Wendy Cagur pelawak,
dua orangnya lagi aku lupa. Nahh,, yang gendut itu, tiba-tiba melemparkan
senyum padaku karena tempat dudukku tepat berada di depannya dan saling
berhadapan. Ihhkkk.. aku langsung mengeluh. Kapan sih ayam gorengnya datang.
Dan sesaat kemudian pesanan kami pun sampai. Tanpa memperdulikan mereka, kami
langsung memutilasi ayam goreng itu dengan penuh penghayatan yang ekstra lebay.
Cowok-cowok itu masih terus memperhatikan kami, dan sering sesekali menggoda
kami. Yee.. dia gak tahu kalau kami sudah berhadapan dengan ayam goreng,
jangankan artis korea papan atas yang datang, maling saja kami tak pusing.
Setelah beberapa saat kemudian, orang-orang aneh itu
pergi karena mereka telah selesai makan. Dan kami pun tertawa melihat tingkah
satu persatu gaya kami memakan ayam.. sampai-sampai Aini pernah berkata
“sumpahh.. aku tidak berani ajak pacarku makan ayam goreng. Pasti memalukan.”
Katanya. Dan “hahahahahahaha.. langsung putus pasti.” tambah Risy. Yaa.. mereka
bisa menyebut “pacarku” sedangkan aku “no”.
Hari-hari kulalui dengan kesibukan yang melimpah.
Sudah seperti pejabat tinggi yang waktunya bisa sampai habis di pesawat karena
tugas sana-sini. Hanya bedanya, kalau mereka naik pesawat, aku naik kendaraan
umum.
Suatu hari, selepas kuliah sore hari aku tidak sengaja
melihat k’Fay lewat di depan gedung kuliah. Namun, saat itu aku hanya sempat
melihatnya sekilas dari jauh karena dia sedang mengendarai motornya melaju ke
arah jalan keluar kampus. Seingatku, hanya sekali itu aku melihatnya dalam
kurun waktu 3 bulan itu. Mungkin.
Entah ada apa, hari ini aku bangun pagi. Pagi sekali
tak seperti biasanya. Sebelumnya aku paling susah bangun pagi. Paling sebentar
bangun, lalu lanjut tidur lagi. Tapi
tidak untuk hari ini. sangat-sangat berbeda kurasakan. Daripada tak ada hal
yang lebih enak kukerjakan, aku lebih memilih untuk duduk di depan laptop
sambil menikmati secangkir kopi hangat,, mencoba mengingat kembali apa yang
terjadi kemarin, menelusuri kembali sel-sel memori otakku untuk melanjutkan
kembali tulisan ini.
Dengan ditemani iringan musik lagu-lagu favoritku,
kenangan-kenangan itu mulai tergambar jelas. Terlebih saat kudengar lagu Get
Over It milik Avril Lavigne, salah satu penyanyi favoritku. Hmm.. ada seberkas
kenangan tentang lagu itu..
La, la, la, la, la .....
Dont turn around
I’m sick and I’m tired of
your face...
Begitulah beberapa lirik refrainnya yang sering
kunyanyikan. Bukan. Lebih tepatnya sering kuteriakan, karena memang nadanya
lebih tinggi. Pernah suatu hari saat aku sedang lagi enak-enaknya kirim-kiriman
sms dengan k’Fay dulu, terbahas tentang masalahku dengan Eza.
Semuanya kuceritakan pada k’Fay apa yang sebenarnya
terjadi pada hubungan rumit itu. Dan dia menyarankanku untuk mendengarkan lagu Avril
itu. Makna lagu itu memang pas sekali dengan keadaanku saat itu yang lagi down
akibat putus dari Eza, meskipun efeknya tak separah awalnya. seperti kata
Avril, get over it, akhiri semua itu.
Begitupun yang kulakukan. Mengakhiri segalanya dengan
rela melepaskan segala bentuk rasaku pada Eza, namun tak jua terlepas begitu
saja. Karena setelah k’Fay menghilang, aku kembali lagi terperangkap dalam
bayang-bayang Eza. Setelah berbulan-bulan tenang tanpa racun-racun itu, aku
kembali lagi terperosok masuk ke dalam lubang itu. Namun, kali ini tidak begitu
dalamnya aku terjatuh.
Tidak seperti lirik sebuah lagu yang sering
dinyanyikan orang. Kerispatih _ Tertatih. Tidak seperti itu. Kali ini jatuhnya
hanya sebatas mengingat saja. Meskipun sering kali ku mau tidak mau meminta
tolong padanya, tapi itu kulakukan karena kepepet dan hanya dia yang mampu
menyanggupi itu.
Kala itu aku sedang ada di rumahnya Aini dan tak tahu
pulangnya dengan siapa. Jadi, malam itu aku dijemput pulang olehnya. Kebetulan
dia juga sedang mengerjakan tugas di rumah temannya. Hmm.. segera kubuang
segenap perasaan lemah di depannya. Aku tak mau terlihat seperti seorang yang
sedang memohon sesuatu. Tidak akan lagi.
Biarlah dulu aku jadi pemohon setia yang rela memohon,
bahkan merengek untuk dapat bersamanya lagi. Takkan lagi ada. Sudah kubulatkan
tekadku untuk tidak lagi kembali padanya. Kecuali, kalau saja dia sudah berani
datang ke rumah membawa orang tuanya. Lebih nyaman sendiri, lebih tenang
kurasa. Damai, tak ada yang mengusik. Tenteram.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar