hy Guyss.. sekedar hanya ingin berbagi cerita dengan kalian,, aku hadirkan satu cerpen sebuah kisah nyata yang pernah terjadi dalm hidup seseorang. semuanya murni kenyataan,, hanya saja nama tokoh dan waktu beserta tempatnya disesuaikan saja dan ada juga yang diganti. sebenarnya ini kisah untuk sebuah novel,, hanya saja aku baru bisa menyelesaikan part awalnya. entar kalo udah punya imajinasi lagi,, kisah ini bakalan lanjut ampe berapa episode.. cieh,,cieh.. kayak sinetron aza.. maksudnya ampe brapa bagianya gituu.. :D. udah ahh,, gak perlu basa basi lagi kyaknya dehh..
selamat membaca yah Guyss.. :) :)
Sepenggal Kisah Yang Hilang...
Entah ada angin apa hati ini mulai terusik lagi ingin menorehkan
bait-bait rasa yang sering menderu kesah dalam jiwa ini.. embun itu datang
lagi,, menetes lembut dalam hati seorang gadis itu di kala dia terdampar di
lautan kegelisahan dilema yang tak pernah dia jumpai titik penerang jalannya
kembali. Yahh.. sosok itu adalah diriku,, diri yang selalu dalam penuh
kebimbangan. Hingga detik ini, di kesekian detikku kini, masih saja aku
termenung memikirkan dia yang telah jauh di pelupuk mataku.
Ku masih ingin tetap menjadi burung itu, yang terbang bebas melintasi
angan-angan tanpa terbatas oleh dinding kehidupan. Masih terus ku berhayal
tentang keindahan-keindahan yang dijumpai burung itu. Dan masih terus ku
melewati jalan-jalan sunyiku mencari penerang kekosongan ini. Tidak,, hatiku
tidak kosong,, hanya saja ku ingin mengisinya dengan yang baru. Sesuatu yang
baru yang lebih bermakna dalam hidupku. Sesuatu yang baru yang lebih menghargai
ada ku disini. Dan masih ku cari sesuatu itu. Hingga pagi ini,, meskipun
burung-burung berkicau menyanyikan suara hatinya dengan merdu,, ku masih
terpaku dengan hayalan-hayalan itu..
Sepii,, senyapp.. tak pernah lepas menemaniku. Khayalan itu masih ada.
Masih saja terangkai jelas dalam setiap urat nadiku.. sampai kapan ???
entahlahh...
I have died
everyday waiting for you, darling dont be afraid i have loved you for a
thousand years,, i love you for a thousand more...
Handphoneku berdering. Sepotong lagu kesukaanku.. A thousand years, dari
Christina Perri yang menjadi soundtrack film Twilight “Breaking Down”.. yahh..
lagu itu sangat bisa membawaku dalam lamunan tua di dalam benakku. Kusebut dia
tua karena lamunan itu sudah sangat lama mengisi imajinasiku. Kuterima sebuah
pesan singkat.
Jam berapa ke kampus ??
Ternyata satu sms kuterima dari Aini, sahabat baikku yang selama ini
masih mampu menemani kesepianku. Lebih tepatnya sejenak memberiku istirahat
untuk tidak memikirkan hal-hal yang selalu aku pikirkan.
Jam 9, why ???
ku kirim sms balasan padanya. Klik, terkirim.
Singgah yah... kan
kutunggu depan jalan. Oke ??
dia membalasnya lagi..
Okehh.. pesanku singkat padanya.
Hari ini adalah hari pertama aku merasakan kesejukkan pagi tanpa adanya
sms masuk untuk sekedar mengucapkan selamat pagi. Atau untuk membangunkanku
dari lelapnya tidur. Atau sejenak memberikanku semangat untuk melangkah bangun
dari mimpiku. Dan hari ini, tak lagi kuterima pesan-pesan manis itu dari orang
yang sangat aku harapkan dia untuk jadi yang terakhirku. Yang ternyata Tuhan
berkehendak lain.
Kenang diriku
selalu di hatimu selalu di jiwamu simpan di memorimu..
Kunanti dirimu
bila malampun tiba,, cukup kita yang tahu mimpi jadi saksinya..
Dulu pernah
bermimpi saling memiliki nyatanyapun tak kesampaian..
Rela,,
relakanlah masa itu.. biarkanlah jadi masa lalu..
Lagu itu terus saja ku dengarkan dan kurasakan sedih dalam setiap kata
demi katanya. Dada ini seperti mau meledak setiap kali lirik-liriknya memasuki
pendengaranku. Hati ini terasa sesak layaknya ada sebuah batu besar yang
tersumbat di setiap rongga paru-paruku. Pikiran pun melayang-layang mencari
kedamaian. Dan tanpa terasa tetes-tetes bening itupun menghiasi pipi lembutku.
Mengalir,, tidaakk.. merembes lebih tepatnya.
Huffttt..... semakin panjang kuhela nafas itu,, semakin sesak kurasakan
denyut-denyut jantung itu. Melemah dan semakin melemah. Sakitt Tuhaann... belum
pernah kurasakan sakit yang begitu dalam. Kuhanya bisa diam meresapi dalamnya
sakit itu. Tanpa harus berkata bahwa aku kesakitan. Tanpa harus berteriak minta
seseorang menolongku. Tanpa harus menampakkan wajah sakit itu di depan mereka.
Hanya bisa diam dan selalu hanya bisa diam dan diam lagi. Yah.. sperti layaknya
kayu kering yang tidak bisa menyelamatkan dirinya saat api melahapnya.
Semangaattt... selalu ku katakan pada diriku sendiri. Senyumpun melebar
dan sejenak kutinggalkan mimpi-mimpi itu di bantal itu. Yahh.. masih akan
tertinggal di bantal itu,, yang malamnya nanti pasti kurasakan lagi.
Cepat-cepat ku bangun dari tempat tidurku sambil berjalan menuju kamar
mandi kulihat omaku sedang sibuk menjahit sesuatu. Pemandangan yang hampir
setiap pagi kulihat. Sambil menunggu air di bak mandi penuh, aku menyiapkan
segala sesuatu yang akan kupakai ke kampus. Rutinitas yang hampir setiap hari
kujalani. Rumah – kampus – rumah. Monoton. Kalaupun berubah, paling sedikit
jalan-jalan dengan Aini dan Risya sekedar merefresh penat yang tertumpuk di
belahan otak ini. Hanya mereka yang mampu membuatku sejenak melupakan
masalahku.
Cukup sejenak...
Setelah mereka pergi, sedih itu kembali meracuni pikiranku. Selalu saja
terusik di setiap detik kesendirianku. Kesepianku yang hanya bertemankan
angan-angan kelabu, tak pernah berhenti merusak sel-sel jaringan otakku.
Kapankah datang secuil harapan baru menghiasi mimpiku ?? Tuhan,, aku hanyalah
manusia biasa makhluk ciptaan-Mu. Ku hanya bisa mengikuti setiap skenario yang
telah Kau guratkan untukku. Masih tetap ku yakini rencana-Mu akan menjadi jalan
hidup yang terindah untuk kujalani. Bersama orang-orang tercintaku, ku hanya
ingin menjalaninya dengan ridho-Mu. Yahh.. hanya dengan ridho-Mu di setiap
nafasku.
Kulirik jam di handphoneku,, ternyata dan ternyata waktu sudah menunjukan
pukul 1 pagi dan aku masih saja belum bisa memejamkan mataku. rutinitas kampus
menungguku besok dan harus stand by pagi di kelas. Tapi mata ini belum juga
menampakkan kantuknya. Aku hanya ingin tertidur lelap malam ini. Sudah
berhari-hari aku masih bergelut dengan sedihku yang mengganggu tidurku. Aku hanya
ingin sejenak lupakan bebanku,, segalanya yang selalu merenggut detik-detik
indahku di dunia. Tak bisa lagi kurasakan hari-hari indahku selayaknya
keceriaanku dulu yang selalu menghibur mereka dan menghibur diriku. Aku masih
tetap dalam keterpurukan ini. Adakah lambaian tangan yang akan menolongku
menemukan jalanku kembali ??
aku masih belum menemukannya...
Sebuah nama itu masih terpampang jelas di relung-relung hatiku. Nama yang
dulu mampu menggetarkan hatiku. Getaran yang diberikan mampu menembus dinding
pertahananku. Hingga menempati ruang di hatiku. Segala bentuk keindahannya
kurasakan darinya.
Dulu....
Kini tak lagi. Tak ada lagi kunikmati desir-desir lirih merdu nyanyian
hati itu. Cinta. Kata yang pernah buatku berada dalam lamunan keindahan hidup
yang sejuk nan suci. Tersirat keindahan-keindahan yang mendalam tak berdasar.
Yang semakin jauh kita melangkah ke dalamnya, semakin pula kita merasakan
keindahan-keindahan yang merekah hingga tanpa sadar, kita sudah berada dalam
lubang yang tak berporos. Semakin lemah, semakin jatuh. Itulah yang aku
rasakan.
Malam ini begitu dingin, sepi senyap hingga membawaku kembali dalam
lamunan kisah itu. Sebuah kisah yang kini tak bertuan. Masih teringat jelas
pesan-pesan terakhirnya padaku.
( Jika ada yang kau
sukai, jangan ragu untuk mendekatinya. Jaga diri baik-baik.... )
Malam itu, untuk kesekian kalinya hubunganku dan dia berakhir. Hampir
setiap kali putus, sesaat kemudian masih bisa tersambung lagi. Tapi kali ini
adalah keputusan terakhir darinya dan dariku pun begitu. Aku memang masih
sangat-sangat menyayanginya. Bahkan disaat-saat terakhir pun aku masih bertahan
untuknya. Untuk dia, seorang yang kuharapkan menjadi imamku kelak. Namun,
masalah yang ada sudah tidak bisa lagi diabaikan.
Masalah prinsip yang memisahkan dua insan yang saling menyayangi. Aku
hanya tidak bisa pikir, dia masih bisa kuterima apa adanya dirinya. Tapi,
mengapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama untukku. Dia tak bisa
berlama-lama lagi menjaga diri untuk tidak menuntut prinsipku. Sejak awal
memang sudah kukatakan padanya bahwa aku tidak bisa memberikan segala sesuatu
yang dia inginkan. Aku hanya bisa memberikannya hatiku seutuhnya. Aku hanya
bisa mencintainya apa adanya dia. Hingga malam ini, aku hanya bisa
mencintainya. Belum ada sosok lain yang menggantikannya di hatiku. Di setiap
hayalan-hayalan imajinasiku aku masih menjadikannya tokoh utama. Hampir kurang
lebih 5 tahun terakhir ini hatiku hanya padanya, tak ada yang lain selain
wajahnya dalam benakku... dan masih tentangnya...
Kukuruyuuukkkk..... kukurruuyyyyuuuukkk....
Kukira itu dalam mimpiku, tapi ternyata hari memang sudah pagi. Tepat jam
6 pagi ku beranjak dari kamarku. Langsung ku bergegas mandi karena hari ini ada
jadwal kuliah jam 8 pagi. Sebenarnya jam 7, tapi oleh karena dosennya seorang
ibu, jadi dia meminta untuk diundurkan jam 8 pagi karena dia masih perlu
mengurus keluarganya sebelum ke kampus. Yaa.. saat kulihat jam sudah menunjukan
pukul 07.30, aku langsung berlari ke arah jalan untuk segera berangkat ke
kampus. Sarapan pun terlewatkan. Padahal, malamnya aku tidak makan apapun.
Hanya sisa energi yang kudapat dari jajan di kampus kemarin yang jadi
penopangku kini. Tapi, seakan semua itu tidak terasa menyiksa. Yang paling
menyiksa adalah tentang perasaanku saat ini. Kutinggalkan rumah dengan segala
kesibukan mereka.
“woyyy !! masih pagi udah melamun aja.” Aini
mengagetkanku. Mungkin karena dia melihatku menyendiri dan seperti lemas,
dikiranya aku melamun. Padahal aku hanya memang sengaja ingin diam saja.
“tidak kok !! siapa yang melamun.” Aku hanya bisa
membalasnya dengan sebentuk senyum mungil di wajahku.
“tidak biasanya kamu begini Lun, ada masalah lagi ya
??” Risya pun ikut memperhatikanku.
Aku memang belum menceritakan apa yang terjadi malam itu pada Aini dan
Risya. Biasanya apapun yang terjadi antara aku dan Eza. Yaa,, namanya Eza. Dari
awal aku memang tak ingin menuliskan namanya. Tapi, harus kutulis juga.
Aini dan Risya adalah penikmat kisahku. Seperti itulah aku menyebutnya.
Mengapa tidak, karena hampir setiap detail yang terjadi pasti kuceritakan pada
mereka. Sahabat-sahabat baikku yang selallu setia temani setiap detikku. Tapi
kali ini, aku belum punya keberanian untuk menceritakan apa yang sebenarnya
sudah terjadi. Aku hanya terlalu takut untuk jujur pada mereka. Dan aku hanya
tak ingin mereka akan memikirkan kesedihanku. Aku hanya menunggu waktu yang
tepat dan keberanian untuk menceritakannya pada mereka sahabat-sahabat
tercintaku.
Jam pertama kuliah pun selesai. Seperti biasa tujuan utama selesai kuliah
adalah kantin depan ruang kuliah Alfa 5.
Sekedar untuk mengisi kekosongan perut sementara sebelum melanjutkan lagi
aktivitas kuliah. Makan seadanya. Nafsu makanku sekarang belum stabil. Bahkan
bisa dibilang tak ada nafsu makan. Makanpun hanya karena mencegah kerusakan
lambung karena sejak tadi malam aku belum makan. Seperti biasanya, setiap makan
pasti ada yang dibahas. Dan topik bahasan kali ini adalah tentang aku dan Eza.
Tiba-tiba saja Risya menanyakan tentang hubungan kami. Aku hanya terdiam dan...
“woyy !” Risya mengagetkanku.
“kenapa diam Lunaaa..??? ada masalah yah ?? sepertinya
hari ini kamu kurang bersemangat yah.. seperti ada yang mengganggu pikiranmu.
Cerita donk !” Risya sepertinya sudah mulai curiga tentang keadaanku.
Dan kini aku ada dalam kebingungan yang besar. Aku hanya takut air mataku
menetes di tengah keramaian itu. Akan sangat memalukan jika aku menangis
menceritakannya. Bagaimana ini. Akupun tidak bisa hanya diam terus di depan
mereka. Huffftttt... kuhela nafas panjang sejenak mengumpulkan tenaga untuk
menceritakannya..
“maaf.. kalau aku hanya diam saat kalian bertanya ini
itu. Tapi, aku tidak bisa selamanya menyembunyikan ini dari kalian. Sebenarnya
hubunganku dengan Eza sudah tidak ada lagi. Kisah itu kini telah berakhir.
Terhitung sejak 3 hari yang lalu statusku berubah. Aku sudah tidak dengannya
lagi.” Kuutarakan apa yang selama ini membebaniku.
“WHAATTTTT ???” dengan ekspresi kaget yang tak
terduga, Aini dan Risya secara bersamaan tercengang mendengar apa yang kukatan.
Spontan mereka tidak percaya karena mereka tahu bahwa aku dan Eza sudah sangat
saling menyayangi. Dan tak ada orang ketiga yang bisa mewarnai kisah kita. Tapi
memang, Tuhan mungkin berkehendak lain.
“Tidak
mungkin Lun. Kamu tidak sedang berbohong kan ?”
“Dia
satu-satunya orang yang kau cintai sejak pertama kan ??”
“bagaimana
bisa kalian berakhir hanya sampai di sini ??”
“Eza
selingkuh ?? atau apa ?? tell me tell me tell me what...”
Pertanyaan beruntun pun terlontar dari mulut Aini dan Risya. Secara
bergantian mereka memberikan pertanyaan demi pertanyaan yang membuatku lebih
kacau. Tugasku hanya menjawab pertanyaan itu, menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi secara detail tanpa ada satupun yang terlewati. Karena memang itulah
yang harus kulakukan. Detil demi detil pun ku kisahkan saat itu juga apa yang
sebenarnya terjadi. Mereka hanya terpaku dan terdiam mendengarkan setiap kata
yang keluar dari mulut kecilku. Dan aku terus berusaha untuk tidak meneteskan
tetes-tetes bening itu di depan mereka. Sakiitt... sangat sakit menahan air
mata itu untuk keluar.
“wuiihh... ternyata Eza seperti itu yah Lun. Tapi kamu
tidak usah lagi pusing memikirkannya karena diluar sana masih banyak kok yang
bisa terima kamu apa adanya”
“untuk apa kita bersedih-sedih hanya untuk seseorang
yang mungkin tidak menghargai ketulusan kita”
“helloww... mati satu tumbuh seribu Lun,, jadi gak
usah merasa terbebani lagi yah”
Dannn.... mereka pun memberikan aku petuah-petuah yang menyemangatiku.
Hufftt....
“coba saja kalian berada di posisiku sekarang,, pasti
hal yang sama akan kalian rasakan. Bagaimana tidak,, Eza adalah orang yang aku
cintai sejak aku duduk di bangku SMP dan hingga detik ini pun aku masih
mencintainya. Namun, sekarang aku hanya bisa mencintainya tanpa harus
memilikinya lagi.” Aku mencoba mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya..
“aku masih sangat-sangat mencintainya..” dengan mata
mulai berkaca-kaca dan menunduk aku masih saja mengisahkan hatiku yang pedih.
“STOP !! sudahlah jangan sedih.. semua sudah diatur
oleh Tuhan, Luna..” Risya mencoba menghiburku..
“mungkin saja kalian tidak direncanakan untuk
bersama,, kalaupun memang kalian jodoh pasti Tuhan akan mempersatukan kalian
kembali.. sekarang kamu harus tetap semangat. Ingat,, masih banyak orang yang
sayang padamu,, jadi kau tak akan pernah sendiri.. iya kan Risy ?” dengan
senyumnya yang khas,, Aini berusaha memberikan secercah semangat untukku.. dan
mereka berdua pun memelukku..
Kulihat orang-orang di kantin itu mulai memandang kami dengan sorot mata
yang penuh rasa ingin tahu. Terserahlah,, yang penting sekarang setidaknya aku
sudah tidak punya hutang lagi pada teman-temanku. Aku puas menceritakan semua
yang terjadi pada mereka.
“Thanks yah.. kalian memang tempat curhat yang paling
ampuh,, hehe..” senyum kecil pun mulai menghiasi wajahku.
Meskipun beban itu belum semuanya hilang,, namun sedikit berkurang untuk
saat ini dan kuharap bisa hilang saatnya nanti. Aku bangga memiliki
sahabat-sahabat sejati yang sangat menyayangiku. Mereka seperti keluarga
keduaku setelah orang tuaku. Mereka termasuk hal yang paling berharga di
hidupku. Tanpa mereka, mungkin aku sekarang sedang terpuruk dalam kesendirian.
Bahkan, tanpa mereka aku tidak bisa melakukan apa-apa di kampus. Mereka terlalu
berarti untukku. Jadi,, apalagi yang kubutuhkan sekarang jika kasih sayang
sudah berlimpah kudapatkan dari mereka, dan juga keluargaku. Masih tetap ku
bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan yang membuat rencana hidupku. Aku
kembali ceria meskipun belum seutuhnya. Namun tak apalah,, sekedar meringankan
pundakku saja. Hari itupun kulalui dengan sedikit tidak memikirkan Eza.
3 bulan kemudian setelah malam
terburuk itu...
Aku pasti bisa,,
menikmati semua dan menghadapinya. Aku yakin, pasti bisaa...
Klik. Sms masuk. Memang setelah beban sedikit hilang, yang pertama
kulakukan adalah mengganti nada smsku biar lebih penuh semangat lagi. Dan hari
ini, untuk pertama kalinya setelah hampir 3 bulan, aku merasakan sejuk pagi
yang beda. Tak lagi seperti waktu 3 bulan yang lalu. Sekarang aku bisa sedikit
merasakan sejuknya hingga ke setiap guratan nadiku.
Tak bisa kuabaikan keindahan pagi itu. Dan seperti biasanya, rutinitas
kampus dengan hiruk pikuknya masih setia menantiku. Segera aku bergegas mandi
setelah membaca sms itu. Tidak salah lagi, sms itu dari Aini yang mungkin sudah
kebiasaannya mengirimiku pesan setiap pagi bahkan hampir setiap malam. Kalau
bukan bertanya jam berapa ke kampus, paling membangunkanku. Karena dia tahu,
aku paling susah bangun pagi. Kalaupun bukan Aini,, pastinya Risya juga sama.
Sekali lagi kukatakan, ku sangat bersyukur bisa berada di tengah kehangatan
mereka.
Hiaaaaaaaaa..... krek,,krek...tut tut. Dan uhhh...
Sedikit gerakan-gerakan olahraga sederhana kulakukan untuk melancarkan
peredaran darah dan menghilangkan malas yang masih menempel padaku.
Woooaaahhh... masih terasa sisa ngantuk semalam. Melihat senyum manisku di
depan cermin,, memberiku semangat ekstra untuk melakukan aktivitas hari itu. Aku
memang paling benci hari selasa karena jadwal kuliahnya padat. Jadinya aku
butuh semangat ekstra tuk hadapinya dan telah kudapatkan dari sebentuk senyum
manis di pagi itu J.
Halooo... dimana posisi
??
Di depan fakultas ini,,
kalian dimana ?? dimana dimana dimanaaa... ^0^ ?
Ouww,, ke alfa lima
saja,, kami disini..
Oke,,oke..
Dan Klik,, terputus. Hmm,, ternyata mereka ada di alfa lima. Padahal aku
sudah kesana kemari seperti ayu ting-ting mencari alamat palsu. Hihi.. sudah
bisa tertawa sekarang,, tak seperti kemarin-kemarin yang hanya diam terpaku
menunggu malaikat pencabut nyawa.
Dan cesss.... baru selangkah kakiku di alfa, kulihat ada seseorang yang
seringnya aku memperhatikannya. Tapi, hari ini, dia yang sedang memperhatikan
aku. Ehm,, siapa tuh.. bagaimana tidak,, dia adalah teman pesbukku yang
ternyata dan ternyata adalah senior di fakultasku. Dengan langkah yang sedikit
deg2an aku memasuki alfa lima.
“wuuuhh... ternyata disini yah saudara-saudara.
Padahal saya sudah mencari kemana-mana. Ngapain ??”
“makan lahh... masa menghayal seperti kamu yang galau..
hihi..” Aini sambil tertawa, melontarkan candaannya.
“yeee.. galau ??? gak lagi layau.. haha..” ku balas
pun dengan candaan yang spontan.
Hari itu, ternyata jadwal kuliah pagi batal, karena dosennya ada urusan
mendadak yang tidak bisa ditinggalkan. Yahh.. baguslah, jadinya kami bisa
santai dulu. Dan tentunya di alfa lima.
Sehari berlalu tanpa terasa. Penat pun membuncah saat tiba di rumah. Dan
pelarian utama adalah laptop miniku + modem,, tentunya untuk online. Pesbuk
lagi, blogger lagi,, twitter aktif dan seakan ku gentayangan di dunia maya.
Baru saja membuka akun pesbuk-ku, kulihat ada 1 pesan masuk. Dari siapa
?? wowww... dari dia, seniorku yang tadi kuceritakan. Lebih tepatnya senior
dari jurusan lain.
Boleh minta nomor handphonemu ???
Sontak aku kaget, gubraaakkkk...
Dia adalah salah satu yang kukagumi di kampus. Hmmm.. ada apa gerangan
dia meminta nomor handphone ku ??? Memang berapa bulan terakhir ini aku sering
chatting dengannya di FB. Dan malam itu,, rasanya seperti ada tetes sejuk yang
menetes di hatiku.. ahahaha... apakah ini pertanda sesuatu ???
Setelah dia menjawab beberapa pertanyaanku, akhirnya ku pun memberikan
nomor handphoneku padanya. Dan mungkin tak pernah terbersit dalam benakku untuk
bisa dekat dengannya. Semua pasti kaget jika kuceritakan tentangnya.
Beberapa hari kemudian...
Assalam,, Lun.. Apa
kbar ni ?? ini nomorku. Fay.
DOUBLE WOWWWW.... seperti ada batu besar jatuh di atas genteng rumahku.
Kagettt.. bukan main. Segera ku balas smsnya.
Wa’alaikumsalam. Ouw,,
alhamdulillah masih bisa bernafas gratis..
k’fay ??
Iyaahh.. btw, gy
ngapain nih ??
...
Dan seterusnya sms itu berlanjut hingga malam-malam dan hari-hari
berikutnya.
Berbagai topik kami bahas dalam setiap sms-an.
Tanpa ragu, aku pun menceritakan
semua pada mereka. Yah siapa lagi kalau bukan Aini dan Risya. Tak kusadari
sudah hampir sebulan.
Dari hari ke hari, senyumku mulai bertambah lebar tanpa memikirkan Eza
lagi dan Eza lagi. Sedikit-sedikit bayangan tentangnya mulai kabur,, dan
kuharapkan hilang. Tapi itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin kita bisa
melupakan cinta pertama kita. Bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku, tapi
gagal untuk jadi yang terakhirku.
Malam itu kulalui tanpa kesepian lagi. Ada kawan-kawan sejatiku yang
selalu menghibur. Dan ada donatur baru dalam daftar pemberi semangat untukku.
Dialah k’Fay. Kami memang hanya teman biasa, tapi dia bisa jadi tempat curhatku
nomor 3, setelah yang kedua teman-temanku dan pastinya yang pertama adalah
Allah swt.
Semakin kusadari bahwa Eza bukanlah tempatku berhenti. Masih banyak
peluang kebahagiaan yang menantiku. Masih banyak jalan indah yang bisa kulalui.
Jika sebelumnya aku mencintainya dengan ikhlas, maka sekarang pun aku harus
ikhlas kehilangannya.
Seperti akhir kisah cinta Inuyasha dan Kagome dalam anime favoritku,,
mereka tak bersatu selamanya karena memang berada di dunia yang berbeda. Tapi
cinta mereka tak hilang dan tak terlupakan. Akupun begitu,, tidak ada niat
untuk melupakan kisahku dengannya. Semua kusimpan rapi dalam hati dan
pikiranku. Hanya untuk dikenang, tidak untuk diabadikan dalam hidup. Kenangannyalah
yang akan abadi. Tapi,, kutahu tak ada yang abadi,, bisa saja suatu hari nanti
dia akan tergantikan dengan sosok yang diberikan Tuhan untukku.
Persis seperti jatuhnya batu ke dasar sungai sehingga tetap bertahan di
dalam kegelapan padahal sungai tetap mengalirkan kehidupan. Seperti itulah
sebagian orang jatuh cinta. Yang tetap bertahan meski dalam gelapnya pedih.
Seorang pencinta menjadi budak oleh yang dicintainya. Aku tidak ingin termasuk
pada sebagian orang itu. Bagiku, cinta itu tak berwarna. Dia bisa menjadi
hitam,, saat keterpurukan yang kita rasakan. Seperti kurasakan saat kehilangan
Eza. Aku tak lagi takut menyebut namanya. Dan bisa menjadi seindah birunya
langit,, saat keindahan menyelimuti kita. Seperti itu pula yang aku rasakan
waktu pertama merajut kisah kasih dengan Eza. Eza dan hanya Eza. Kini kubiarkan
dia mejadi kenanganku saja. Yang suatu hari nanti selalu bisa ku kenang dalam
diam. Layaknya cinta itu tidak mengubah hakikat, tapi menjadikan hakikat itu
menjadi tinggi.
Untuk segala keindahan yang pernah kurasakan, aku tidak mau menyesalinya.
Aku tidak menyesal menjadi diriku sendiri di depan Eza. Aku tidak menyesal
mencintainya. Tidak ingin kulakukan semua itu. Hanya akan membuatku semakin
terpuruk.
Kini rasa itu mulai padam. Rasa yang dulu menyemangatiku. Rasa yang dulu
membuatku berlarut-larut dalam lamunan tua. Rasa itu pun yang membuatku jatuh
terdampar di lorong-lorong kegelapan sunyi.
Sekarang aku
tersadar cinta yang ku tunggu tak kunjung datang,,
Apalah arti aku
menunggu bila kamu tak cinta lagi..
Dahulu kaulah
segalanya..
Dahulu hanya
dirimu yang ada di hatiku,, namun sekarang aku mengertii.. tak perlu kumenunggu
sebuah cinta yang semu...
Lagu Pendatang baru, Raisa – Apalah Arti Menunggu kini menjadi list
favoritku setiap malam. Lirik-liriknya sedikit menyadarkanku dari mimpi-mimpi
indah tentang Eza. Kini ku bisa dengan tegar menjalani hidupku. Ku biarkan sepenggal
kisah yang hilang itu, pergi dengan ikhlas.
Semua berakhir
di sini, tempatku mulai bermimpi..
Masih menari di
sini,, ...
Dirimu di
hatiku,, sudah terlalu lama...
biarlah ku
mencoba untuk tinggalkan semua..
Engkau bukanlah
segalaku,, bukan tempat tuk hentikan langkahku..
Usai sudah semua
berlalu,, biar hujan menghapus jejakmu..
“Lunaaaaa....... sudah waktunya tidur itu,, berhenti
bernyanyi. Lihat sudah jam berapa itu.”
Oma berteriak dari kamar sebelah menegurku. Ternyata sudah jam 12 dan aku
masih dalam nyanyianku. Hihi..
“oke,oke,, udah mau tidur nih Omaa..”
Segera ku tarik selimut,,
lagu Peterpan – Menghapus Jejakmu menjadi list terakhir malam ini...
Dan...
Allahu Akbar..
Time is dreamming..
Mimpi indah sudah menantiku... :))
to be continued....
***
gimana guys ceritanya ??? maaf yah.. baru sebatas itu yang bisa aku kisahkan.. semoga bisa mengisi waktunya yahh... :))
salam hangat untuk para pembaca.. :))